Networking

APAKAH MLM ITU...?? 
MLM adalah kepanjangan dari Multi Level Marketing yang kadang-kadang disebut dengan Network Marketing. Arti pokoknya adalah sekelompok orang yang diatur dalam jenjang seperti bangun piramid memasarkan produk kepada konsumen. Seorang sales representative (sales rep.) yang dalam MLM disebut dengan berbagai istilah seperti member, distributor, afiliasi atau partner bisnis berusaha mendapatkan pelanggan (costumer) dan merekrut serta melatih distributor lain merekrut pelanggan. Distributor yang direkrut dan dilatih disebut dengan downline  atau frontline. Istilah lain adalah distributor yang disponsori.


SALES REP GETS CUSTOMERS
Sebenarnya multiple level marketing merupakan usaha pemasaran dari semua perusahaan pemasaran, baik yang MLM maupun yang non-MLM. Mungkin ANDA pernah mendengar cara pemasaran dari suatu usaha non-MLM dengan tawaran: “Ajak seorang teman maka ANDA akan memperoleh potongan harga pada pembelanjaan berikutnya…”, ini sudah suatu pola MLM. Atau ANDA memberitahu seorang teman bahwa suatu “warung makan” yang ANDA kenal sangat enak, kemudian teman ANDA bersedia makan di warung makan itu dan jadi pelanggan. Nah, informasi ANDA kepada teman yang jadi pelanggan itu sebenarnya adalah suatu AKTIVITAS penting dari bisnis MLM. Apalagi jika pihak warung makan mengenal ANDA sebagai pembawa pelanggan, dan lalu memberi “hak-hak istimewa” ketika ANDA makan di situ lagi, itulah MLM…!


Jadi MLM adalah sangat sederhana. Dan sistem ini menjadi sumber atau faktor keberhasilan sembarang usaha pemasaran, usaha warung makan, bahkan profesional seperti dokter, pengacara, tukang las, penjual bakso, rental mobil dan sebagainya. Perkembangan mereka sangat bergantung pada informasi tentang usaha mereka dari pelanggan kepada calon-calon pelanggan. Dan informasi ini adalah IKLAN yang sangat murah tetapi efektif. Syaratnya hanyalah terletak pada kualitas produk atau jasa dan pelayanan kepada konsumen yang PRIMA.


JADI MLM yang baik dan benar harus berorientasi kepada PELANGGAN yang tidak lain adalah para member atau distributor. Faktor keberhasilan perusahaannya adalah kualitas produk dan sistem kompensasi (bonus plan) yang menguntungkan bagi para pelanggan SECARA NYATA.

 RETAIL VS MLM

jelas sudah bahwa MLM itu sesungguhnya hanya suatu sistem pemasaran. Alasan utamanya sama dengan sistem pemasaran lain (non-MLM) yaitu produsen ingin menyebar-luaskan produk yang dipasarkannya ke masyarakat (konsumen) seluas-luasnya. Pembedanya adalah bahwa pada sistem non-MLM, orang-orang pemasaran digaji atau diberi upah atau memperoleh fee penjualan dari produsen secara berlapis-lapis, membagi selisih harga konsumen dengan harga produsen (harga pabrik). Pada sistem MLM, perusahaan mempergunakan perusahaan lain yang bergerak dalam bidang pemasaran produk dan keuntungan perusahaan pemasaran itu diperoleh dari selisih harga produsen dengan harga konsumen akhir ditambah bonus ekstra setelah si perusahaan pemasaran memperoleh jumlah pelanggan tertentu. Perusahaan pemasaran itu selanjutnya menjadi perusahaan MLM.
Pada kasus pemasaran produk Nutrilite, jelas bahwa perusahaan memberi diskon kepada distributor (member MLM) sebesar 35% harga konsumen. Selain diskon perusahaan Nutrilite memberikan bonus ekstra bulanan jika jaringan distributor tersebut berhasil memperoleh 150 pelanggan baru. Kemudian setelah perusahaan ini menjadi full MLM, maka sistemnya menjadi sedikit mengalami modifikasi, yang membuat distributor “ujung tombak” tidak dapat memperoleh produk langsung ke perusahaan tetapi dia harus melalui distributor langsung (memiliki 25 distributor binaan), dan distributor langsung ini memperolehnya dari ‘leader’. Kadang-kadang leader ini pun masih ada perantara lagi yaitu sponsor. Oleh karena itu bentuk umum MLM adalah sebagai berikut:


Oleh karena diskon awal (produsen ke sponsor) adalah 35%, maka diskon (persentase keuntungan) kepada member dari leader ke bawah menjadi maksimal 21%. Ini berarti ada persentase lain dari harga konsumen yang menjadi bagian keuntungan untuk SPONSOR. Sponsor ini kadang-kadang berubah nama menjadi perusahaan SUPPORT SYSTEM, kadang-kadang pula menjadi perusahaan MLM itu sendiri. Oleh karena itu sebetulnya ada kekaburan definitif antara MLM konvensional dengan sistem PENJUALAN LANGSUNG. Yang langsung menjual ke konsumen bukan perusahaan MLM-nya, melainkan distributor langsung kepada distributor jaringannya (para downline-nya) setelah downline ini mempunyai janji transaksi dengan para konsumen.
Seharusnya, MLM itu sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia, yaitu Surat Ijin Penjualan Langsung (SIUPL) dari Kementerian Perdagangan, perusahaan  MLM memasarkan langsung kepada konsumen. Dalam hal ini konsumen dapat berupa konsumen lepas atau para member (distributor) perusahaan MLM itu sendiri. Jika ini yang dilakukan, maka perbandingan antara Retail Konvensional dengan MLM adalah seperti gambar berikut.

Perbandingan ini sangat mencerminkan proporsi harga konsumen pada produk. Dengan menggunakan harga pabrik (produsen) sama dengan 50% harga konsumen akhir, maka perbedaan harga dan keuntungan antara Retail Konvensional dengan ML.



Tidak ada komentar: