APAKAH MLM ITU...??

SALES REP GETS CUSTOMERS

Jadi MLM adalah sangat sederhana. Dan sistem ini menjadi sumber atau faktor keberhasilan sembarang usaha pemasaran, usaha warung makan, bahkan profesional seperti dokter, pengacara, tukang las, penjual bakso, rental mobil dan sebagainya. Perkembangan mereka sangat bergantung pada informasi tentang usaha mereka dari pelanggan kepada calon-calon pelanggan. Dan informasi ini adalah IKLAN yang sangat murah tetapi efektif. Syaratnya hanyalah terletak pada kualitas produk atau jasa dan pelayanan kepada konsumen yang PRIMA.
JADI MLM yang baik dan benar harus berorientasi kepada PELANGGAN yang tidak lain adalah para member atau distributor. Faktor keberhasilan perusahaannya adalah kualitas produk dan sistem kompensasi (bonus plan) yang menguntungkan bagi para pelanggan SECARA NYATA.
RETAIL VS MLM
jelas sudah bahwa MLM itu sesungguhnya hanya suatu sistem pemasaran.
Alasan utamanya sama dengan sistem pemasaran lain (non-MLM) yaitu
produsen ingin menyebar-luaskan produk yang dipasarkannya ke masyarakat
(konsumen) seluas-luasnya. Pembedanya adalah bahwa pada sistem non-MLM,
orang-orang pemasaran digaji atau diberi upah atau memperoleh fee
penjualan dari produsen secara berlapis-lapis, membagi selisih harga
konsumen dengan harga produsen (harga pabrik). Pada sistem MLM,
perusahaan mempergunakan perusahaan lain yang bergerak dalam bidang
pemasaran produk dan keuntungan perusahaan pemasaran itu diperoleh dari
selisih harga produsen dengan harga konsumen akhir ditambah bonus ekstra
setelah si perusahaan pemasaran memperoleh jumlah pelanggan tertentu.
Perusahaan pemasaran itu selanjutnya menjadi perusahaan MLM.
Pada kasus pemasaran produk Nutrilite, jelas bahwa perusahaan memberi
diskon kepada distributor (member MLM) sebesar 35% harga
konsumen. Selain diskon perusahaan Nutrilite memberikan bonus ekstra
bulanan jika jaringan distributor tersebut berhasil memperoleh 150
pelanggan baru. Kemudian setelah perusahaan ini menjadi full MLM, maka
sistemnya menjadi sedikit mengalami modifikasi, yang membuat distributor
“ujung tombak” tidak dapat memperoleh produk langsung ke perusahaan
tetapi dia harus melalui distributor langsung (memiliki 25 distributor
binaan), dan distributor langsung ini memperolehnya dari ‘leader’.
Kadang-kadang leader ini pun masih ada perantara lagi yaitu sponsor.
Oleh karena itu bentuk umum MLM adalah sebagai berikut:
Oleh karena diskon awal (produsen ke sponsor) adalah 35%, maka diskon
(persentase keuntungan) kepada member dari leader ke bawah menjadi
maksimal 21%. Ini berarti ada persentase lain dari harga konsumen yang
menjadi bagian keuntungan untuk SPONSOR. Sponsor ini kadang-kadang
berubah nama menjadi perusahaan SUPPORT SYSTEM, kadang-kadang pula
menjadi perusahaan MLM itu sendiri. Oleh karena itu sebetulnya ada
kekaburan definitif antara MLM konvensional dengan sistem PENJUALAN
LANGSUNG. Yang langsung menjual ke konsumen bukan perusahaan MLM-nya,
melainkan distributor langsung kepada distributor jaringannya (para
downline-nya) setelah downline ini mempunyai janji transaksi dengan para
konsumen.
Seharusnya, MLM itu sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Indonesia, yaitu Surat Ijin Penjualan Langsung (SIUPL) dari Kementerian
Perdagangan, perusahaan MLM memasarkan langsung kepada konsumen. Dalam
hal ini konsumen dapat berupa konsumen lepas atau para member
(distributor) perusahaan MLM itu sendiri. Jika ini yang dilakukan, maka
perbandingan antara Retail Konvensional dengan MLM adalah seperti gambar
berikut.
Perbandingan ini sangat mencerminkan proporsi harga konsumen pada
produk. Dengan menggunakan harga pabrik (produsen) sama dengan 50% harga
konsumen akhir, maka perbedaan harga dan keuntungan antara Retail
Konvensional dengan ML.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar